Din Syamsuddin, salah satu narasumber, mengecam tindakan brutal dari massa tersebut dan menyayangkan kurangnya tindakan dari pihak kepolisian yang berada di lokasi.
“Polisi tidak mengambil tindakan untuk menghentikan kekacauan ini, meskipun mereka berada di tempat kejadian,” kata Din Syamsuddin dalam pernyataannya.
Meski terjadi kekacauan, acara akhirnya dilanjutkan dalam format konferensi pers.
Para narasumber tetap berkomitmen untuk menyampaikan pandangan mereka mengenai isu-isu kebangsaan dan demokrasi.
Para tokoh yang hadir mengecam insiden tersebut sebagai ancaman terhadap demokrasi di Indonesia.
“Peristiwa ini mencerminkan praktik buruk dalam demokrasi di bawah pemerintahan saat ini,” ujar Din Syamsuddin.
Ia juga berharap bahwa insiden semacam ini tidak akan terulang di masa pemerintahan Presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Ketua Forum Tanah Air, Tata Kesantra, yang datang langsung dari New York, menyebut peristiwa ini sebagai kejadian yang memalukan, terutama karena disaksikan oleh diaspora Indonesia dari 22 negara melalui siaran streaming di YouTube.
“Ini memperburuk citra Indonesia di mata internasional,” ujarnya.
Insiden ini mengundang sorotan tajam terkait kebebasan berpendapat dan perlindungan terhadap hak berkumpul di Indonesia, khususnya dalam konteks dialog kebangsaan yang damai.
(M. Efendi)