Ardhi menyebut fenomena “wartawan amplop” atau “wartawan bodrek” sebagai penyakit serius yang menggerogoti kepercayaan publik terhadap media. Padahal, fungsi utama pers sejati adalah menjalankan kontrol sosial, bukan melakukan transaksi gelap.
“Pilihlah jalan integritas. Jadikan etika sebagai panduan, dan pena sebagai alat pencerahan — bukan alat pemerasan,” ujarnya menutup pernyataan.
Ia berharap insan pers di seluruh Indonesia kembali menegakkan kode etik jurnalistik dan mengembalikan kepercayaan publik terhadap pers sebagai pilar keempat demokrasi.
(TIM)









Tinggalkan Balasan