“Kita harus serius menangani masalah ini. Jika pungli dibiarkan, itu akan merugikan masyarakat dan menghambat kemajuan bangsa. Pungli menciptakan biaya hidup yang tinggi dan berdampak buruk pada seluruh sektor ekonomi,” jelasnya.
Wilson juga membandingkan fenomena ini dengan pengalamannya saat mengajar di luar negeri. Ia mengatakan bahwa di negara-negara seperti Belanda, Inggris, dan Swedia, para guru menjalani hidup sederhana dan tidak terjebak dalam gaya hidup hedonis.
“Sangat jarang guru di sana yang menggunakan mobil untuk ke sekolah, sementara di Indonesia, banyak yang gengsi jika tidak punya mobil. Akibatnya, segala cara dilakukan untuk mencari tambahan dana, termasuk pungli di sekolah,” tambahnya dengan nada prihatin.
Terkait kasus Saruji, Wilson mendesak Wakapolres Inhil, Kompol Rizki Hidayat, yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Saber Pungli, untuk segera menindaklanjuti laporan ini. “Saya berharap kasus ini segera diselesaikan agar pungli di sekolah-sekolah di Inhil tidak semakin meluas,” tutup Wilson Lalengke.
(TIM/Red)
Tinggalkan Balasan