Ketua Pemuda Katolik Papua Barat Desak Polisi Usut Tuntas Pengeroyokan Direktur LSM Panah Papua

Gambar Gravatar

Korban mencoba berlindung di kamar mandi kafe, tetapi para pelaku mendobrak pintu dan melanjutkan aksi kekerasan.

“Mereka memukul wajah, kepala, perut, dan pinggang saya. Bahkan ada yang menggunakan batu dan kayu,” ungkap Sulfianto saat memberikan keterangan kepada polisi.

Tidak berhenti di situ, korban dibawa paksa ke sebuah rumah bernama Tongkonan, di mana penganiayaan terus berlangsung. Selain kekerasan fisik, para pelaku juga merampas ponsel korban dan membuangnya ke semak-semak.

Kecaman dari Yustina Ogoney: Tolak Kekerasan di Tanah Papua

Insiden ini menuai kecaman keras dari Ketua Pemuda Katolik Komda Papua Barat, Yustina Ogoney, SE.MM. Dalam pernyataannya, Yustina mengutuk tindakan brutal tersebut dan mendesak Kapolri, Kapolda Papua Barat, serta Kapolres Teluk Bintuni untuk segera mengusut tuntas kasus ini.

Bacaan Lainnya

“Sebagai perempuan asli Suku Moskona, saya dengan tegas menolak segala bentuk premanisme, intimidasi, dan kekerasan, terutama terhadap aktivis lingkungan seperti saudara Sulfianto Alias,” ujar Yustina, Jumat (20/12/2024).

Ia menyoroti bahwa kekerasan semacam ini tidak dapat dibenarkan, terlebih di Papua Barat yang kerap menghadapi persoalan keamanan.

Premanisme hanya akan memperburuk situasi sosial yang sudah kompleks. Kita harus menjaga perdamaian dan stabilitas di masyarakat,” tambahnya.

Harapan untuk Penegakan Hukum dan Perdamaian di Papua Barat

Yustina juga meminta perhatian serius dari aparat hukum agar kasus ini segera diungkap tuntas.

“Kami mendesak pihak berwenang untuk memberikan keadilan bagi korban dan memastikan pelaku mempertanggungjawabkan perbuatannya,” tegasnya.

Ia berharap bahwa penanganan kasus ini bisa menjadi momentum penting dalam menegakkan hukum, khususnya dalam mengatasi kekerasan dan premanisme di Papua Barat.

Dukungan masyarakat, bersama dengan tindakan tegas dari aparat keamanan, diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan harmonis di Tanah Papua,”tutup Yustina.

 

Dengan pengusutan yang cepat dan tepat, kasus ini diharapkan menjadi pelajaran penting bagi semua pihak agar tidak ada lagi tindakan kekerasan yang menciderai kedamaian di Papua Barat.

(Tim/Red)

Pos terkait