Dukungan dari Universitas Diponegoro turut membantu pengungkapan lebih lanjut mengenai identitas beberapa korban.
Pengakuan ini mendapat dorongan publik setelah pada tahun 2014, situs makam massal di Plumbon disorot oleh media nasional.
Pada tahun 2015, sebuah batu nisan resmi didirikan untuk mengenang para korban, menjadi pengakuan pemerintah Indonesia terhadap tragedi tersebut.
Langkah pengakuan UNESCO terhadap makam massal di Plumbon bukan hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban, tetapi juga diharapkan dapat mendorong proses rekonsiliasi nasional.
Selain itu, pengakuan ini memberikan perlindungan internasional terhadap situs tersebut, memastikan bahwa tragedi ini tidak dilupakan dan menjadi pengingat bagi generasi mendatang tentang bahaya kekerasan politik.
Dengan statusnya sebagai warisan dunia, makam massal di Plumbon kini menjadi bagian dari upaya global untuk menghormati hak asasi manusia dan menegaskan pentingnya rekonsiliasi dalam menghadapi masa lalu yang kelam.
(M. Efendi)