“Potensi cuaca ekstrem ini, termasuk hujan es, masih mungkin terjadi di wilayah yang belum memasuki musim hujan, termasuk Semarang,” ujar Winda.
Fenomena hujan es ini, menurutnya, dipicu oleh pola konvektivitas di atmosfer dalam skala lokal hingga regional yang sangat signifikan.
Winda menjelaskan lebih lanjut bahwa hujan es terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb).
Awan jenis ini biasanya tumbuh tinggi dan menandakan adanya kondisi udara yang tidak stabil di dalamnya.
Tinggalkan Balasan