“Awan Cumulonimbus ini mampu menghasilkan butiran es berukuran besar,” jelasnya.
Lebih rinci, Winda menyebutkan bahwa di dalam awan Cumulonimbus terdapat tiga jenis partikel, yaitu butir air, butir air super dingin, dan partikel es.
“Pembentukan hujan es terjadi karena adanya pergerakan massa udara yang sangat kuat naik turun (updraft dan downdraft),” ujarnya.
Proses updraft yang kuat membawa uap air naik hingga ke suhu yang sangat dingin, sehingga uap air membeku menjadi partikel es.
Ketika awan mencapai kondisi jenuh, partikel es yang berada di dalam awan Cumulonimbus belum sepenuhnya mencair saat mencapai permukaan tanah, sehingga terjadilah hujan yang disertai butiran es.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem ini, terutama di masa transisi musim yang sedang berlangsung.
(M. Efendi)
Tinggalkan Balasan