Investigasi Indonesia
Mayotte, Prancis – Pemerintah Prancis mengambil langkah darurat dengan menetapkan status “bencana alam luar biasa” untuk Mayotte, wilayah di Samudra Hindia yang dilanda Siklon Chido. Pengumuman ini dilakukan pada Rabu, 18 Desember 2024, menyusul kehancuran besar yang memakan puluhan korban jiwa dan membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Presiden Prancis Emmanuel Macron dijadwalkan mengunjungi Mayotte pada Kamis (19/12/2024) untuk meninjau dampak langsung bencana tersebut. Pejabat setempat memperkirakan jumlah korban tewas akibat badai ini bisa mencapai ratusan, bahkan ribuan, menjadikannya salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah Prancis.
“Tragedi di Mayotte mungkin merupakan bencana alam paling parah dalam beberapa abad terakhir di Prancis,” ujar Perdana Menteri Francois Bayrou.
Dampak Siklon Chido
Siklon Chido, salah satu badai tropis terkuat yang pernah melanda Mayotte, menghancurkan kawasan permukiman kumuh, memutus akses jalan, dan merusak infrastruktur dasar. Tim penyelamat berupaya keras membersihkan puing-puing untuk menemukan korban selamat dan memulihkan akses ke layanan penting, termasuk landasan helikopter satu-satunya rumah sakit di pulau tersebut.
Menurut data sementara dari Kementerian Dalam Negeri Prancis:
- 31 orang tewas
- 45 orang luka berat
- 1.373 orang luka ringan
Namun, pejabat memperingatkan bahwa angka ini kemungkinan besar akan meningkat secara signifikan.
Langkah Darurat dan Penanganan Krisis
Status “bencana alam luar biasa” memungkinkan pemerintah pusat dan lokal bertindak lebih cepat dalam menangani dampak siklon. Francois-Noel Buffet, Menteri Luar Negeri Prancis, menjelaskan bahwa langkah ini akan:
- Menyederhanakan prosedur administratif.
- Mempercepat distribusi bantuan.
- Meningkatkan efektivitas manajemen krisis.
Selain itu, pemerintah memberlakukan jam malam untuk mencegah penjarahan dan mengamankan wilayah terdampak.
Mayotte: Wilayah Rentan dengan Infrastruktur Minim
Sebagai wilayah termiskin di Prancis, Mayotte memiliki banyak tantangan dalam menghadapi badai sebesar ini. Sekitar sepertiga penduduknya tinggal di permukiman kumuh dengan rumah-rumah beratapkan seng yang rapuh. Layanan listrik, komunikasi, dan kesehatan lumpuh total setelah badai menerjang.
Di kota Pamandzi, pemandangan puing-puing bangunan berserakan di mana-mana. “Rasanya seperti buldoser menghancurkan segalanya,” kata Nasrine, seorang guru setempat, sambil menunjukkan lingkungan La Vigie yang hancur.
Dukungan dan Bantuan Internasional
Prancis telah mengirim kapal angkatan laut Champlain, yang membawa 180 ton pasokan, termasuk makanan, air, dan obat-obatan, dari Pulau La Réunion. Kapal ini dijadwalkan tiba pada Kamis pagi. Selain itu, pesawat militer Prancis melakukan penerbangan rutin untuk mengirimkan bantuan.