Sebelumnya, tim investigasi media Investigasi Indonesia yang meninjau lokasi menemukan bahwa kondisi bangunan ampiteater sudah mengalami kerusakan. Di bagian bawah gedung, seperti di ruang ganti, dinding tampak retak dan sekitar 50 persen plafon ambruk. Selain itu, terdapat genangan air di lantai yang disebabkan oleh rembesan dari dinding dan lantai atas.
Menurut salah satu tokoh masyarakat setempat yang juga pelestari adat dan kearifan lokal, pembangunan ampiteater di kawasan Goa Kiskendo tidak mempertimbangkan berbagai kajian yang semestinya, seperti kajian histori, konservasi, dan lingkungan, terutama mengingat area tersebut merupakan kawasan karst serta daerah resapan air.
“Pembangunan ini tidak memperhatikan aspek-aspek penting seperti histori, kearifan lokal, dan lingkungan, yang seharusnya menjadi pertimbangan dalam proyek di kawasan karst dan resapan air,” ungkapnya.
Ia juga menduga bahwa proyek tersebut lebih mengutamakan keuntungan pribadi dan fee bagi pihak tertentu. “Tampaknya proyek ini hanya mengejar fee pribadi dan keuntungan pelaksana semata. Maka, tidak heran jika bangunan ini cepat mengalami kerusakan,” ujarnya.
Ketika awak media mencoba mengonfirmasi hal ini ke Dinas Pariwisata Kabupaten Kulonprogo, belum ada tanggapan resmi yang diberikan. Para staf juga enggan memberikan penjelasan secara mendetail. Hingga berita ini ditayangkan, media Investigasi Indonesia masih belum memperoleh keterangan resmi dari pihak terkait dan masih akan terus melakukan investigasi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
(Tim/Red)