Film “Mayat Hidup”: Teror Gerombolan Setan Siap Memotong Kelamin dan Melahap Bayi Akan Hadir di Bioskop Tahun 2025

Gambar Gravatar

Investigasi Indonesia

Pekalongan, Jawa Tengah – Sutradara asal Pekalongan, Teguh Santoso, lulusan Sinematografi IKJ (Institut Kesenian Jakarta), baru saja menyelesaikan pengambilan gambar untuk film horor berjudul Mayat Hidup (MH) di Boyolali pada Sabtu (4/8). Film ini dipastikan akan menggebrak panggung film nasional pada tahun 2025.

Setelah sekitar tiga puluh hari pengambilan gambar sejak 5 Juli 2024, Teguh, yang juga pemilik rumah produksi Tesis Pictures, berpindah dari satu lokasi syuting ke lokasi lainnya di Pekalongan, Batang, dan Boyolali. Mayat Hidup merupakan obsesi Teguh untuk memenuhi kebutuhan penggemar film horor.

Teguh mengungkapkan bahwa ide cerita Mayat Hidup sudah ada sejak 2019 ketika ia berada di Makassar, Sulawesi Selatan. Ia bekerja keras meyakinkan banyak pihak bahwa film ini bisa menggetarkan layar lebar dan meraih kesuksesan finansial.

Bacaan Lainnya

“Tahun lalu, saya pernah ditanya teman dari mana dananya. Saya jawab: dari Tuhan!” ujar Teguh, yang sebelumnya pernah menjadi asisten sutradara Garin Nugroho dan Hanung Bramantyo.

Jawaban Teguh terbukti. Pada awal tahun 2024, rumah produksi Layar Tancap setuju untuk berkolaborasi dengan Tesis Pictures menggarap Mayat Hidup, yang dinilai memiliki cerita menarik untuk genre horor.

Ketika sinyal produksi *Mayat Hidup* diumumkan, banyak rekan industri berlomba-lomba bergabung. Hal ini membuat Teguh sangat senang. “Saya yakin, minat rekan-rekan yang terlibat dalam Mayat Hidup juga digerakkan oleh Tuhan,” tambah Teguh.

Pemain film Mayat Hidup berasal dari berbagai kota di Indonesia, termasuk Jakarta, Tangerang, Bogor, Bandung, Palembang, Ambon, Boyolali, dan Pekalongan. Mereka disambut di Pekalongan sebagai pusat produksi kreatif ini.

Syuting Mayat Hidup dilakukan di beberapa lokasi, termasuk rumah Lawang Songo di Sawah Joho, Warung Asem, Omah Tani di Bandar, dan Home Stay Kalisalak di Batang. Di Boyolali, pengambilan gambar dilakukan di hutan pohon jati, pekarangan rumah tua di Desa Kepoh, dan Desa Kebondalem.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *