Semarang, Jawa Tengah – Edo Yanuar, pendiri Ink Virus, memulai bisnis tatonya pada tahun 2017. Bermula dari kegelisahan sebagai seniman yang ingin bereksperimen dengan media kulit, Edo ingin mengubah pandangan negatif tentang tato dan membuktikan bahwa tato dapat menjadi karya seni yang mewah. “Tattoo itu bisa dilihat sebagai seni yang indah dengan komposisi gambar yang bagus di tubuh seseorang,” ungkap Edo, yang merupakan lulusan Desain Komunikasi Grafis UNNES.
Ink Virus, yang berbasis di Semarang, ternyata mendapatkan perhatian dari seniman internasional seperti Lukas, seorang seniman tato asal Jerman. Lukas, yang juga memiliki studio tato sendiri di Jerman bernama “T TO THE G”, menemukan Ink Virus melalui Instagram dan tertarik dengan karya serta profesionalisme studio tersebut.
Menurut Lukas, Ink Virus telah memenuhi standar internasional dalam hal kebersihan dan sterilisasi, serta memiliki seniman tato berbakat. “It’s a very good studio with talented artists,” katanya.