Komandan Pushidrosal, Laksamana Madya TNI Budi Purwanto, yang sambutannya dibacakan oleh Wadan Pushidrosal, menekankan bahwa alutsista berteknologi tinggi merupakan komponen penting dalam pelaksanaan operasi survei dan pemetaan. Tanpa dukungan alutsista yang memadai, operasi tidak akan berjalan secara optimal. “Kami sangat mengapresiasi pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan kapal BHO ini, khususnya Kementerian Pertahanan yang terus mendukung pengembangan teknologi dan infrastruktur maritim,” ujarnya.
Kapal BHO (Ocean Going) memiliki fungsi utama untuk melaksanakan survei dan pemetaan di wilayah pesisir, laut dangkal, hingga samudera. Kapal ini dilengkapi dengan teknologi survei beresolusi tinggi dan sensor penginderaan bawah air yang mampu mencapai kedalaman antara 600 hingga 11.000 meter. Kapal ini sangat bermanfaat dalam mendukung pencarian objek bawah laut, terutama dalam situasi darurat.
Selain itu, kapal ini dilengkapi dengan geladak heli berkapasitas maksimum 12 ton MTOW, senjata meriam 20 mm dan 12,7 mm, serta teknologi surveilans, manuver, dan *station keeping* yang canggih. Kapal ini didesain dengan struktur baja kuat (*high tensile steel*), mampu mencapai kecepatan maksimum 16 knot, dengan bobot total 3.419 ton, dan dapat membawa tambahan beban sebesar 200 ton. Kapal ini juga memiliki daya tahan hingga 60 hari di laut, dengan kapasitas 90 personel, menggunakan sistem pendorongan hibrid.
Acara ini turut dihadiri oleh Ketua KKIP Letjen TNI (Purn) Yoedi Swastanto, Wadan Pushidrosal Laksma TNI Ronny Saleh, Kadisadal Laksma TNI Ifa Djaya Sakti, CEO Abeking & Rasmussen Matthias Hellman, Direktur Palindo Charles Wirawan, serta tamu undangan lainnya.
Sumber: Kementerian Pertahanan
(Red)