Setiap unit rumah, lanjutnya, menelan biaya hingga Rp150 juta dan dibangun dalam waktu sekitar 40 hari melalui gotong royong.
Ketua Umum OPSHID, Mochammad Subchi Azal Tsani atau Bechi, menyatakan bahwa program pembangunan RSLHS bertujuan membantu fakir miskin dan kaum dhuafa agar mereka memiliki rumah yang layak huni. Menurutnya, rumah adalah simbol penting yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal fisik, tetapi juga mencerminkan pembangunan jiwa dan kebangsaan.
“Rumah bisa dimaknai sebagai jiwa, seperti dalam syair lagu kebangsaan Indonesia Raya, ‘Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya’. Ini memiliki makna lebih dalam,” kata Bechi.
Agung menambahkan bahwa OPSHID tidak memiliki kepentingan politik dalam program ini. “Ketua umum kami bahkan menyerukan agar kami tidak menerima money politics saat pesta demokrasi,” tutup Agung.
(Hatose)