Menurut Didik, tidak ada aktivitas pembangunan selama lebih dari sebulan terakhir di lokasi tersebut. Ia menduga kain kafan dan tulang muncul akibat erosi tanah karena hujan.
“Rumput sudah mulai meninggi, dan karena sering hujan, kemungkinan tanah terkikis dan membuat bagian-bagian makam lama terlihat kembali,” jelasnya.
Sementara itu, Amil Desa Sindang Panon, Sarifudin, yang mengurus proses relokasi makam saat itu, menyebut bahwa pengumuman telah dilakukan secara terbuka. Karena tidak ada warga yang mengklaim adanya makam tersisa, pemindahan pun dianggap tuntas.
“Sudah diumumkan secara luas. Setelah tidak ada yang menyatakan ada makam lagi, proses dinyatakan selesai,” kata Sarifudin.
Meski demikian, pemerintah desa tetap akan melakukan sosialisasi lanjutan untuk memastikan tidak ada makam lain yang tertinggal. Kain kafan dan tulang yang ditemukan telah diperlakukan secara layak dan dikuburkan kembali di pemakaman baru yang berjarak sekitar satu kilometer dari lokasi proyek.
Sumber Humas
(TIM)
Tinggalkan Balasan