Pada umumnya, pembagian tersebut dilakukan dengan skema 60% untuk wartawan dan 40% untuk redaksi (manajemen atau perusahaan).
Namun, di beberapa situs berita lokal, pembagian tersebut justru sebaliknya, di mana wartawan mendapatkan 40% dan tim redaksi (termasuk pimpinan redaksi dan editor) mendapatkan 60%.
Sistem gaji berdasarkan kinerja ini mendorong wartawan untuk lebih produktif dalam menulis artikel.
Semakin banyak artikel yang mereka hasilkan, semakin tinggi peluang mereka untuk mendapatkan lebih banyak pageviews, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan mereka.
Sebaliknya, wartawan yang kurang produktif atau jarang menulis akan mendapatkan pendapatan yang lebih rendah.
Dalam upaya meningkatkan pageviews, banyak wartawan media jaringan menggunakan judul clickbait, yaitu judul yang sengaja dibuat provokatif dan menggoda agar menarik minat pembaca untuk mengklik artikel tersebut.
Istilah clickbait mengacu pada penggunaan diksi yang sensasional atau kontroversial untuk memancing rasa penasaran pembaca.
Meski strategi clickbait ini efektif dalam mendatangkan trafik, penggunaannya juga kerap dikritik karena seringkali konten artikel tidak sesuai dengan judul yang dijanjikan.
Namun, bagi wartawan yang digaji berdasarkan jumlah kunjungan, penggunaan judul clickbait menjadi salah satu cara untuk mencapai target pageviews yang tinggi.
Sistem gaji berbasis kinerja di media jaringan seperti PRMN dan Promedia telah membuat wartawan bekerja dengan pola yang mirip dengan blogger, terutama dalam hal mengandalkan trafik untuk mendapatkan pendapatan.
Meskipun demikian, ada perbedaan mendasar dalam hal pembagian pendapatan antara wartawan dan blogger.
Wartawan harus berbagi penghasilan mereka dengan tim redaksi, sedangkan blogger dapat menikmati seluruh penghasilannya secara penuh.
Selain itu, gaya penulisan yang mengutamakan SEO dan penggunaan clickbait menjadi hal yang umum di media jaringan ini, seiring dengan upaya mereka untuk meningkatkan pageviews dan, pada akhirnya, pendapatan mereka.
(M Efendi)