Investigasi Indonesia
Semarang, Jawa Tengah – Tragedi yang menimpa Gamma Rizkynata Oktafandy, siswa berprestasi dari SMKN 4 Semarang, menyisakan luka mendalam bagi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Gamma, siswa kelas XI, tewas setelah ditembak oleh oknum polisi dengan dugaan keterlibatannya dalam geng motor yang sedang terlibat tawuran. Namun, klaim ini mendapat sorotan tajam karena Gamma dikenal sebagai siswa teladan dan anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) yang baru saja meraih juara 3 dalam ajang Porsimamptar di Akademi Kepolisian.
Sejumlah karangan bunga belasungkawa berjejer di SMKN 4 Semarang, menandakan duka mendalam atas kepergian Gamma. Insiden ini juga memicu reaksi keras dari Forum Ormas dan LSM Bersatu Jawa Tengah, yang mendesak Aparat Penegak Hukum (APH) untuk mengusut tuntas kasus ini secara transparan.
Desakan Forum Ormas dan LSM
Koordinator Forum Ormas dan LSM Bersatu Jawa Tengah, Adhi Siswanto Wisnu Nugroho, menyerukan agar kasus ini diselidiki dengan melibatkan publik dan memastikan proses hukum berjalan transparan. Ia mendesak kepolisian untuk:
- Mengungkap bukti visum korban.
- Melakukan rekonstruksi terbuka yang melibatkan masyarakat dan media.
- Memastikan kondisi kesehatan oknum polisi, apakah dalam keadaan sehat atau di bawah pengaruh alkohol saat kejadian.
“Kami bersama 25 Ormas dan LSM meminta rekonstruksi ulang secara terbuka agar tidak ada manipulasi. Kami juga ingin tahu alasan polisi menuduh korban sebagai anggota geng motor, padahal ia adalah anggota Paskibra yang disiplin,” tegas Adhi.
Sorotan Terhadap Pernyataan Polisi
Pernyataan Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar, yang menyebut Gamma sebagai anggota geng motor memicu kekecewaan banyak pihak. Ketua Independen Corruption Watch (ICW) Jawa Tengah, Ari Nugroho, mempertanyakan tindakan polisi yang langsung menembak tanpa peringatan. “Apakah korban benar-benar membahayakan hingga harus ditembak? Korban adalah siswa yang masih bisa dibina, apalagi ia tidak terbukti membawa senjata tajam,” ujar Ari.