Fatia, yang berasal dari Bangka Belitung, menjelaskan bahwa pendidikan orang tuanya sangat mempengaruhi mentalitas dan tekadnya. Meskipun difabel, ia tetap bersekolah di sekolah reguler sejak SD hingga SMA dan melanjutkan kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, jurusan Psikologi.
Ia lulus dengan prestasi yang membanggakan, meraih predikat cumlaude dengan IPK 3,56 dan menyelesaikan kuliah dalam waktu 3 tahun 8 bulan.
Fatia sangat bersyukur ketika mengetahui bahwa Polri membuka jalur penerimaan untuk penyandang disabilitas. Sebagai anak sulung dari dua bersaudara, ia memberitahukan kepada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi polisi, meskipun awalnya merasa tidak yakin karena kondisinya.
“Dari kecil saya sudah ingin jadi polisi, tapi saya sadar diri karena kondisi saya. Namun, saat mengetahui adanya jalur disabilitas, saya langsung mencari tahu di Instagram,” cerita Fatia.
Pada tahun 2024 ini, Polri melalui Biro Pengendalian Personel SSDM Polri merekrut 16 penyandang disabilitas untuk mengikuti pendidikan Bintara. Dari jumlah tersebut, 3 siswa adalah perempuan dan 13 laki-laki.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Asisten Kapolri Bidang SDM, Irjen Dedi Prasetyo, menuturkan bahwa Jenderal Sigit yakin penyandang disabilitas mampu berkontribusi dalam tugas-tugas kepolisian.
“Pada tahun 2023, Polri sudah merekrut penyandang disabilitas untuk golongan ASN. Dari sana, Pak Kapolri semakin yakin bahwa difabel juga bisa menjadi anggota Polri,” tutur Irjen Dedi.
(Arief)
Tinggalkan Balasan