“Sumbangan Sukarela” yang Diduga Pungli
Trias Arfianto, Sekdes Sukoharjo sekaligus ayah korban, mengungkap bahwa akar persoalan muncul dari program sumbangan sukarela yang justru sarat paksaan.
Para wali murid disebut diminta membayar hingga jutaan rupiah dengan ancaman administratif.
“Tahun 2023 kami disuruh bayar Rp1,3 juta, dan tahun 2025 naik jadi Rp1,6 juta. Kalau belum bayar, anak ditagih lewat grup WhatsApp. Ini jelas bukan sukarela, tapi paksaan,” ujarnya.
Penolakannya terhadap pungutan tersebut diduga menjadi pemicu bullying verbal terhadap anaknya oleh guru seni tari hingga korban mengalami trauma dan enggan bersekolah selama lebih dari seminggu.
Guru Ngaku Preman, Pendamping dan Wartawan Dibentak
Ketegangan sempat terjadi ketika tim media dan pendamping hukum LPKSM datang ke sekolah untuk meminta klarifikasi.
Alih-alih mendapat sambutan baik, mereka justru dibentak oleh oknum guru yang mengaku “preman sekolah.”
“Ya, saya preman di sini!” teriak sang guru di depan wartawan.
Perilaku tersebut memperkuat dugaan publik adanya lingkungan tidak sehat dan kultur kekerasan di sekolah tersebut.
“Kalau guru berani mengaku preman di lingkungan pendidikan, itu artinya sistem sekolah kita benar-benar bobrok,” tegas Sugiyono.
Desakan Publik Meningkat: Bupati Diminta Turun Tangan
Gelombang desakan publik terus meningkat. Masyarakat menilai Bupati Purworejo tidak boleh tinggal diam, sebab kasus ini bukan hanya persoalan etika guru, tetapi juga tanggung jawab negara dalam melindungi anak di dunia pendidikan.
“Sudah seminggu korban tidak mau sekolah. Kami minta Bupati segera ambil tindakan dan beri solusi nyata untuk anak ini,” ujar Sugiyono.
Dunia Pendidikan di Ujung Krisis Moral
Kasus di SMPN 3 Purworejo kini menjadi perhatian serius DPRD Kabupaten Purworejo. Publik menanti langkah tegas pemerintah daerah untuk membersihkan dunia pendidikan dari oknum yang merusak citra guru dan sekolah negeri.
“Sekolah seharusnya tempat mencetak karakter dan moral. Tapi kalau guru bermental preman, masa depan anak-anak kita yang dikorbankan,” tutup Sugiyono, SH.
(TIM/Red)









Tinggalkan Balasan