Ia juga menjelaskan tahapan ekstremisme dimulai dari kesulitan menyikapi perbedaan yang kemudian berkembang menjadi radikalisme, dan pada akhirnya, terorisme. Nasir Abbas menekankan bahwa siapa pun bisa direkrut oleh jaringan terorisme untuk berbagai kepentingan seperti tenaga, dana, atau informasi.
Muhammad Nasir Abbas, yang kini mengabdikan diri dalam merehabilitasi mantan ekstremis dan mempromosikan perdamaian, berbagi wawasannya tentang akar penyebab radikalisasi serta pentingnya menentang narasi ekstremis.
“Kita harus sadar bahwa terorisme tumbuh karena sikap acuh dan kesalahpahaman,” katanya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk mewaspadai paham-paham radikal dan berperan dalam menjaga kedamaian serta keutuhan Indonesia.
“Kita harus berhati-hati terhadap orang-orang yang tidak mau menerima perbedaan pendapat, suka menghujat, serta mudah menuduh sesama Muslim. Mari kita bersama-sama waspadai paham radikal di masyarakat,” pesannya.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya radikalisme dan terorisme, serta memperkuat kerjasama antara aparat keamanan dan masyarakat dalam menjaga keutuhan dan kedamaian Indonesia.
(Naniek/Red)